Senin, 21 Mei 2018

Kepercayaan dan Perasaan


BAB III

PENDAHULUAN

  1. Arti Unsur-Unsur Kepercayaan
    Kepercayaan mutlak diperlukan agar suatu relasi tumbuh dan berkembang. Johnson mengungkapkan bahwa kita berada dalam situasi dimana pilihan untuk mempercayai orang lain dan menimbulkan akibat akibat yang menguntungkan maupun merugikan bagi aneka kebutuhan dan tujuan atau kepentingan kita. Akibat-akibat yang menguntungkan maupun merugikan tersebut tergantung pada perilaku orang. Penderitaan karena akibat yang merugikan akan lebih besar dibandingkan manfaat karena akibat yang menguntungkan. Ketika kita punya cukup keyakinan kepada oranglain akan tingkah laku sedemikian rupa sehingga yang timbul adalah akibat-akibat yang menguntungkan. .
     Menurut Rokeach, kepercayaan adalah pernyataan yang jumlahnya sangat banyak (mencapai ratusan ribu) yang dibuat seseorang mengenai dirinya dan ligkungannya. Kepercayaan dapat bersifat umum atau khusus . Kepercayaan disusun dalam suatu sistem berdasarkan tingkat atau bobot kepentingannya terhadap ego. Pada pusat dari sistem kepercayaan ini terdapat sejumlah kepercayaan yang relatif mapan dan tidak mudah berubah, yang merupakan inti sistem kepercayaan. Pada bagian pinggiran sistem kepercayaan terdapat sejumlah kepercayaan yang tidak signifikan atau peripheral yang dapat berubah dengan mudah.
    Anak-anak yang melihat kedua orang tuanya hidup rukun akan memiliki kepercayaan bahwa kehidupan rumah tangga orang tuanya bahagia. Kepercayaan semacam ini pada umumnya terletak pada pusat sistem kepercayaan anak karena kepercayaan ini memberikan pengaruh pada banyak aspek dalam kehidupan si anak. Jika anda merasa rambut anda terlalu panjang dan ingin memotongnya, maka anda percaya bahwa anda harus memotong rambut ke salon atau ke tukang cukur, namun kepercayaan seperti ini adalah priferal.
    Semakin sentral posisi kepercayaan dalam suatu sistem maka akan semakin sulit kepercayaan itu untuk berubah, namun semakin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap sistem jika kepercayaan itu mengalami perubahan. Dengan kata lain,jika salah satu dari kepercayaan yang berada pada posisi sentral (kawasan inti)itu berubah, maka akibat yang ditimbulkannya akan bersifat mendalam yang pada akhirnya dapat mengubah cara berpikir seseorang terhadap banyak hal. Ini adalah alasan mengapa banyak anak mengalami guncangan pada jiwanya ketika mengetahui orang tuanya bercerai.
  2. Membangun Kepercayaan
    Untuk membangun sebuah relasi, dua orang harus saling mempercayai. Hal ini dilakukan pada saat menentukan di mana mereka harus ambil resiko dengan cara saling mengungkapkan lebih banyak tentang pikiran, perasaan, dan reaksi mereka terhadap situasi yang tengah mereka hadapi, atau dengan cara saling menunjukan penerimaan, dukungan, dan kerja sama.
    Saling percaya dibangun lewat resiko dan peneguhan, serta dihancurkan lewat resiko dan penolakan. Kepercayaan tak mungkin timbul tanpa resiko, dan relasi tidak akan mengalami kemajuan tanpa kepercayaan.

      Langkah-langkah dalam membangun kepercayaan adalah sebagai berikut (Johnson, 1981):

1.    Pribadi A mengambil resiko dengan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksinya terhadap situasi kepada pribadi B.

2.  Pribadi B menaggapinya dengan penerimaan, dukungan, dan kerjasama, serta membalas keterbukaan pribadi A dengan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksinya terhadap situasi kepada pribadi A.

Cara lain untuk membangun kepercayaan (Johnson, 1981):

1.         Pribadi B menunjukan penerimaan, dukungan, dan kerja sama kepada pribadi A.

  2.          Pribadi A menanggapinya dengan mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi terhadap dan reaksi terhadap situasi kepada pribadi B.

Tiga macam tingkah laku yang bisa menurunkan kepercayaan dalam suatu relasi, yaitu :

1.         Menunjukan penolakan, mengolok-olok, atau melecehkan pembukaan diri orang lain.

2.         Tidak membalas pembukaan diri orang lain.

3.         Tidak mau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi kita kepada orang lain, kendati ia telah menunjukan penerimaan, dukungan, dan kerja sama.

C.      Mempercayai dan Dipercaya

Tingkat kepercayaan dalam suatu relasi akan berubah-ubah dan berbeda-beda sesuai kemampuan dan kerelaan masing-masing individu untuk mempercayai dan dapat dipercaya.

Mempercayai artinya rela menghadapi resiko menerima akibat-akibat menguntungkan atau merugikan dengan menjadikan dirinya rentan dihadapan orang lain. Tepatnya, mempercayai meliputi membuka  diri dan rela menunjukan penerimaan dan dukungan kepada orang lain.

Dapat dipercaya berarti rela menanggapi orang lain yang ambil resiko dengan cara yang menunjukan jaminan bahwa orang lain tersebut akan menerima akibat-akibat yang menguntungkan. Jadi, meliputi penerimaan atas kepercayaan yang ditunjukkan oleh orang lain kepada kita.



Jadi, menunjukkan penerimaan, dukungan, dan kerja sama maupun membalas pembukaan diri orang lain secara tepat adalah aspek-aspek penting dari sifat dapat dipercaya dalam relasi antar pribadi.

Tentang penerimaan, ada dua hal yang perlu dicatat:

1.       Penerimaan terhadap orang lain biasanya merupakan hasil atau akibat dari, dan hanya bisa dimulai dengan penerimaan diri.

2.       Penerimaan (dari orang lain) merupakan kunvi untuk mengurangi kecemasan dan rasa takut bahwa diri kita menjadi rentan terhadap serangan dari orang lain.

Untuk mengkomunikasikan penerimaan, dukungan, dan kerja sama, dibutuhkan keterampilan untunk mengungkapkan kehangatan, pemahaman yang tepat, dan intensi-intensi yang bersifat kooperatif. Banyak bukti menunjukkan bahwa kehangatan, pemahaman yang tepat, dan intensi-intensi yang kooperatif meningkatkan kepercayaan dalam sebuah relasi.

  1. Bentuk Kebiasaan untuk Meningkatkan Kepercayaan

  1. Transparan
    Jangan mencoba untuk menyembunyikan sesuatu dari oranglain. Perlu anda ketahui, kebanyakan orang memiliki intuisi yang baik, meskipun mereka tidak mengetaui persis apa sebetulnya diri anda, mereka setidaknya memiliki perasaan kurang enak di dekat anda. Biasanya orang-orang yang tertutup/tersembunyi akan terlihat dari bahasa tubuhnya.
  2. Tulus
    Katakanlah sesuatu yang jujur. Jangan coba-coba mengelabui oranglain dengan kata-kata anda , seperti memberi pujian palsu atau pura-pura memberi dukungan. Sekali lagi, orang lain mempunyai semacam ditektor.
    Ketika sesorang tahu bahwa anda betul-betul tulus, kepercayaan mereka akan meningkat kepada anda. Orang- orang menyukai kebenaran.
  3. Fokus pada menambah nilai
    Dalam setiap hubungan, fokuslah pada tindakan-tindakan yang menyentuh hati sesorang. Bekerja keraslah untuk itu, karena ketika anda berhasil memberi nilai tambah pada kehidupan seseorang, mereka tidak hanya merasakan bahwa anda berada di pihaknya, mereka juga akan memiliki dorongan untuk melakukan hal yang sama kepada anda. Contohnya dalam dunia bisnis adalah anda melakukan sesutau hal yang lebih cepat dari yang dijanjikan. Dalam hubungan pribadi adalah anda fokus pada memenuhi keinginan pasangan anda dari pada anda sendiri.
  4. Hadirlah dengan seluruh jiwa raga anda
    Dimana saja anda berbicara dengan seseorang, buatlah ia menjadi fokus utama. Hadir dengan seluruh jiwa raga anda berati anda memberikan waktu yang berkualitas dan membangun.
  5. Perlakukan seseorang selalu dengan hormat
    Ingatlah martabat otang lain sebagai manusia, mereka berhak diperlakukan dengan hormat ketika orang-orang mengetahui bahwa anda selalau memperlakukan mereka dengan hormat, maka orang-orangpun akan menaruh banyak kepercayaan kepada anda.
  6. Ambillah tanggung jawab
    Berani tanggung jawab merupakan karakter yang sulit ditemukan dimana kebanyakan orang kebih sering menghindari konsekuensi negatif akibat perbuatan mereka. Lupakan mencari-cari alasan, dan ambilah saja tanggung jawab yang diberikan kepada anda . pembenaran atau membuat alasan mungkin membantu anda dalam jangka pendek, namun untuk jangka panjang, justru akan menurunkan tingkat kepercayaan orang terhadap anda.
  7. Fokus pada umpan balik
    Jangano hanya pasif menunggu orang memberi umpan balik pada anda, namun anda harus aktif memintanya. Mintalah dengan tulus kepada seseorang dan berikah respon yang ba ik, maka orang tersebut akan rela untuk memberikan umpan balik kepada anda. Terimalah semua umpab balik, baik yang positif dan negatif, dan sebisa mungkin rubahlah kebiasaan anda yang kurang baik berdasarkan umpan balik tersebut.
  8. Terimalah kritikan dengan baik
    Belajarlah untuk mengatasi kritik dengan rrasa syukur. Dibanding anda bertahan
    (defensive), pertimbangkan apa yang oranglain katakan, mungkin ada benarnya. Menutup diri anda dari segala kritik mempunyai dampak menutup segala komunikasi. Kerelaan anda untuk tidak mengambil sikap bertahana justru akan meningkatkan rasa kepercayaan dalam hubungan anda dan orang tersebut.
  9. Berbudi bahasa yang baik
    Mengapa anda harus melakukan ini ? Pertama, bayangkan apa yang anda rasakan jika orang-orang mendapatkan pengalaman yang baik bersama anda. Kedua, bayangkan tingkah laku orang-orang yang akan ikut terbawa menjadi lebih baik karena mereka berada dekat terus dengan anda.
  10.  Memegang janji
  11. Konsisten


  1. Peranan Perasaan Dalam Kehidupan Manusia
    Salah satu segi paling membahagiakan dalam berkomunikasi dengan oranglain adalah kesemparan untuk perasaan. Johnson (1981) menggambarkan suatu model lima tahap mengungkapkan perasaan dalam komunikasi. Menurutnya, setiap kali kita berkomunikasi  dengan orang lain maka sebenarnya paling sedikit terjadi lima macam proses, sebagai berikut :

  1. Kita mengamati (sensing) tingkah laku lawan komunikasi kita. Dengan alat-alat indra yang kita miliki, kita mengumpulkan informasi tentang lawan komunikasi kita.
  2. Menafsirkan (interpreting) semua informasi yang kita terima dari lawan komunikasi kita itu. Kita menentukan makna dari kata-kata dan perbuatannya.
  3. Kita mengalami perasaan tertentu (feeling) sebagai reaksi spontan terhadap penafsiran kita atas informasi yang kita terima dari dan tentang lawan komuniakasi kita.
  4. Kita akan terdorong untuk menanggapi (intending) perasaan kita itudalam diri kita terbentuk intense yang akan mendorong dan mengarahkan kita untuk berbuatr searah dan sejalan dengan perasaan kita.
  5. Kita mengungkapkan (expressing) perasaan kita itu.

  1. Cara Mengungkapkan Perasaan
    Dalam hubungannya antara komunikasi interpersonal dengan mengungkapkan perasaan itu sangatlah erat, dikarenakan komunikasi interpersonal itu sendiri merupakan sebuah komunikasi yang melibatkan adanya keterkaitan antara individu satu dengan yang lainnya. Komunikasi interpersonal menimbulkan suatu kedekatan yang berusaha mencapai kepada suatu keintiman. Dalam keintiman tersebut sering kali terjadi adanya suatu perasaan serta tantangan untuk mengungkapkan perasaan tersebut.
    Ada dua cara mengungkapkan perasaan, yaitu secara verbal dan non-verbal. Yang dimaksud secara verbal adalah dengan menggunakan kata-kata, baik secara langsung mendeskripsikan perasaan yang kita alami maupun tidak. Sedangkan yang dimaksud secara non-verbal adalah dengan menggunakan isyarat lain secara kata-kata , misalnya sorot mata, raut muka, kepalan tinju, dan sebagainya. Kedua cara tersebut, sebenarnya susah dipisahkan sebab lazimnya hadir bersama-sama.
                Cara kita mengungkapkan perasaan tergantung pada kesadaran dan penerimaan kita terhadap perasaan-perasaan kita tersebut, serta kemampuan kita untuk mengungkapkannya secara konstruktif. Bila kita insafi atau tidak sengaja kita tolak, perasaan-perasaan tersebut nantinya akan terungkap juga secara tidak langsung, dalam bentuk sebagai berikut (Johnson,1981) :

  1. Mencap dan memberkan label
  2. Memerintah
  3. Menyindir
  4. Bertanya
  5. Memuji
  6. Memberikan sebutan
    Untuk mengungkapkan perasaan secara tidak jelas, maka kita perlu mendeskripskannya. Ada empat cara mendeskripsikan perasaan (johnson,1981) :

  1. Mengindentifikasikan atau menyebutkan nama perasaan itu.
  2. Menggunakan kiasan perasaan
  3. Menunjukan bentuk tindakan yang dilakukan terdorong oleh perasaan yang sedang dialami
  4. Menggunakan kiasan kata-kata
    Persepsi wajah, jeda ataupun tenggang waktu dalam berbicara, gerak tangan, jarak kontak mata, sikap tubuh, cara berpakian, volume suara dan intonasi, sentuhan atau rabaan semua adalah modalitas koomunikasi nonverbal. Ciri ciri perilaku nonverbal, antara lain :

  1. Merupakan kebiasaan, maka bersifat otomatis dan jarak kita sendiri.
  2. Berfunsi mengungkapkan perasaan-perasaan kita yang sebenarnya , kendati dengan kata-kata kita berusaha meyembunyikannya.
  3. Merupaka sarana utama untuk mengungkapkan emosi.
  4. Memiliki maksan yang berlainan pada berbagai lingkungan budaya yang berbeda.
  5. Meliki makna yang berbeda dari orang ke orang.

  1.  Mempersepsikan Perasaan Orang Lain
    Perasaan adalah reaksi internal. Kita hanya mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh orang lain berdasarkan pengakuannya atau berdasarkan bentuk-bentuk tingkah laku terbukanya. Perasaan yang diungkapkan secara langsung maupun secra tidak langsung ini disebut Surface Feeling.
                Dalil umum dalam komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut : Sebelum menanggapi perasaan seseorang, terlebih dulu kita perlu menyelidikinya untuk memastikan bahwa kita benar-benar tahu apa yang sedang dirasakannya. Inilah yang disebut perception check atau pengujian persepsi. Pengujian persepsi ini meliputi tiga unsur, yaitu :

  1. Mendeskripsikan dugaan kita tentang perasaan yang dialami oleh lawan bicara kita
  2. Menanyakan kepada yang bersangkutan apakah persepsi kita itu tepat
  3. Menahan diri dan membenarkanatau menyalahkan perasaan lawan kominaksi kita.
    Kesan-kesan tentang orang lain memang sering keliruakibat ketakutan-ketakutan, harapan-harapan, maupun perasaan-perasaan yang lain yang sedang berkecambuk didalam diri kiota sendiri. Itulah sebabnya penting sekali terlebih dahulu menguji atau memastikan ketepatan persepsi kita sebelum memutuskan suatu tindakan atau berbuat sesuatu menanggapi perasaan lawan komunikasi kita.
    Perasaan itu sendiri jika digolongkan secara umum terdapat dua kutub penggolongan perasaan. Dua kutub ekstrim yang mewakili orang-orang yang memiliki perasan positif dan negatif (dalam suciati, 2015: 258) yaitu :
    1.   Golongan eukoli, yaitu orang yang selalu merasa tenang, senang dan gembira.
    2.   Golongan diskoli, yaitu orang yang selalu tidak tenang, murung dan pesimis.
    Selain itu masih terdapat banyak penjabaran golongan dan sifat  dari perasaan.
    Dalam mengungkapkan perasaan setidaknya terdapat dua cara yang biasanya
    Digunakan oleh seseorang, yaitu mengungkapannya secara verbal ( baik lewat tulisan maupun  kata-kata) atau nonverbal (gestur tubuh,ekspresi dan lain sebagainya).
             










    BAB IV
    PENUTUP

  1. Kesimpulan
    Untuk membangun sebuah hubungan komunikasi, dua orang harus saling mempercayai. Kemudian, kemampuan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan antra pribadi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri, mengungkapkan informasi yang biasa disembunyikan, asal pengungkapan diri ini patut dan wajar. Dengan Mengalami perasaan dan mengungkapkannya kepada oranglain bukan hanya sumber kebahagiaan, akan tetapti merupakan kebutuhsan psikologi seseorang. Dengan saling mengalami dan mengungkapkan perasaan maka sesorang tersebut menciptakan dan mempertahankan hubungan dalam berkomunikasi.
  2. Saran
    Bila ingin  komunikan berkreasi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komuniukator dapat  memperlihatkan keterbukaan dengan cara berkreasi secara spontan terhadap oranglain. Kemudian mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkan adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya





    DAFTAR PUSTAKA

    Supratikya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi Tujuan Psikologis, Yogyakarta: Kanisius
    Rakhmat, Jalaluddin, 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

               Moekijat, 1993. Teori Komunikasi, Bandung. Mandar Maju.

Jourard, S.M, 1969. The transparent Self. New York : D. Van Nostrand.